TINJAUAN PESERTA DIDIK MENURUT ISLAM

TINJAUAN PESERTA DIDIK MENURUT ISLAM
By. Ja’far Shodiq (15170012)
        Dalam bahasa arab peserta didik artinya tholaba yatlibu yang artinya mencari, jadi haqiqat seorang peserta didik adalah mencari apa yang seharusnya ia cari, yaitu ilmu. Karena dalam sebuah hadis diterangkan bahwasanya “mencari ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Jadi kewajiban mencari ilmu adalah fardu ain.
Islam menjelaskan bahwa manusia (peserta didik) adalah makhluk Allah SWT sesuai firman-Nya dalam Al-Qur’an surat At-Tin : 4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”( QS. At-Tin : 4)
Manusia dibekali potensi berupa fitrah kecenderungan jahat dan kecenderungan baik sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams : 8
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”(QS. Asy-Syams : 8)
Agar dapat menjalankan fungsinya selain dibekali dengan kodrat tersebut juga dibekali akal, pikiran, nafsu. Dalam banyak ayat peserta didik berpotensi untuk diperlakukan sebagai subjek didik yang harus dididik, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ : 12-17 dan juga surat Al-A’raf : 179. Beberapa sebutan manusia dalam Al-Qur’an antara lain Al-Basyr, An-Nas, Abdullah, Kholifah fil Ard.
Dalam kaitannya dengan peserta didik, Al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka adalah makhluk yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok dengan tabi’at dasarnya yang memang cenderung kepada agama Islam.  Al-Ghazali membagi manusia kedalam dua golongan besar, yaitu golongan awam dan golongan khawas, yang daya tangkapnya tidak sama. Kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali. Dengan cara berfikir terebut, mereka tidak dapat mengembangkan hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat lekas percaya dan menurut. Golongan ini harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk. Kaum pilihan, yang akalnya tajam dengan cara berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut, harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat. Biasanya kaum awam membaca apa yang tersurat dan kaum khawas, membaca apa yang tersirat.
Adapun hakikat peserta didik dalam pendidikan islam menurut Hery Noer Aly (1999: 113) ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak dalam usia sekolah.
Samsul Nizar dalam “Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis” menyebutkan beberapa deskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut :
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa.
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan islam dapat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik yang menyangkut kebutuhan jasmani atau rohani.
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual differentiations) baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal.
e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmani dan ruhaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dkembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan, sementara unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa.
f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu (Toto Suharto. 2006: 124-125).




Komentar

Postingan Populer