Cerpen Santri : Kang Arwan
Oleh : Ja’far Shodiq
Sudah sekian
lama memang Somad tidak berjumpa dengan Kang Arwan. Semenjak boyong dari pondok
Somad memang tak pernah berjumpa dengannya. Terakhir kali terdengar kabar, dia akan melanjutkan di perguruan
tinggi di Kota Tareem, Yaman.
Somad yang
keseharianya sebagai aktifis di sebuah kampus Internasional di kota Malang, dia
sering menjadi buronan polisi lantaran sikap perlawanannya atas program
pemerintah yang dirasa kurang berpihak dengan rakyat.
Namun
terlepas dari itu, Somad dahulu adalah seorang yang sangat rajin pas waktu di
pondok, bahkan ada sebuah cerita yang beredar di kalangan santri yaitu ketika
dia difitnah oleh kakak tingkatnnya dan digiring oleh santri lain untuk
digebuki. Namun yang terjadi Somad tidak merasakan sakit, bahkan tidak ada luka
lebam sedikitpun di tubuhnya.
“bawa saja
ke kantor pondok” terdengar suara gus Bahru dari jauh
Gus Bahru
adalah santri senior yang sangat ditakuti di pondok. Sering pengurus anyar yang
berkonsultasi masalah santri bandel kepada Gus Bahru.
***
Setelah
Somad dibawa ke kantor pondok lantas langsung diintrogasi dan entah bagaimana
terdengar suara “duaaaar” nampaknya terdengar suara bangku yang digeprak oleh
Gus Bahru. Dan diikuti suara “Duaaaaar” *lagi, namun kali ini disertai dengan
goncangan gempa yg tidak cukup keras, namun amat terasa bagi santri yang sedang
penasaran dan menunggu di depan kantor pondok. Ternyata itu suara tangan Somad
yang ditepukkan ke lantai.
Semenjak itu
tidak ada lagi yang berani dengan Somad, bahkan, dia dijadikan abdi dalem oleh
Kyai Abdullah. Somad yang mengatur jadwal Kyai dalam pengajian kemana-mana.
***
Sore itu
ketika somad selesai kumpulan di dekat kampusnya, dia berniat untuk mengunjungi
sahabatnya Arwan di pondok. Memang hari itu adalah hari yang sangat tepat.
Karena keesokan harinya adalah hari minggu pertama bulan Rojab, dimana ada
rutinan Haul di pondoknya dulu.
Ketika
sedang dijalan ada banyak hal aneh yang terjadi. Sore itu yang kira-kira pukul
4, Somad merasakan panas, padahal sedang berada di daerah pegunungan, dan juga
tak ada cahaya matahari yang terik. Namun, somad tidak terlalu menghiraukannya
dan berfikir positif bahwa memang badanya yang salah, bukan alamnya yang salah.
Setelah
beberapa menit kemudian terdengar “ duar bruoook ciiiiiit” sontak somad yang
sedang melamun terkaget dan ling-lung. Ternyata ada pohon waru besar yang roboh
dan nyaris menimpa mobil CR-V hitam. Langsung somad turun dari motor dan
menghampiri mobil tersebut.
“bagaimana
pak” tanya somad sambil terengah-engah
Nampak
seorang pengemudi laki-laki paruhbaya yang nampak shock akibat kejadian
tersebut. Lalu somad mengambil air mineral dan diberikan kepada bapak tersebut.
“makasih dik” terdengar lirih suara bapak-bapak tersebut. Selang beberapa
menit, datanglah seorang polisi yang kebetulan juga di jalur tersebut. Setelah
merasa kondisi dapat diambil alih oleh polisi tersebut, somad melanjutkan
perjalanan yang kebetulan terdapat celah sedikit antara trotoar dan pohon waru
tersebut. Yang hanya cukup untuk sepeda motor.
Dalam
perjalanan, somad semakin gelisah karena banyak kejadian aneh yang terjadi.
Namun somad tetap positif thinking dan terus melafalkan solawat sepanjang
perjalanan
***
Sampainya di
gerbang pondok, gelisan Somad pun hilang dan hatinya kembali gembira karena
dapat bertemu lagi dengan pondoknya tempat menimba ilmu, setelah sekian lama
tidak meraskan suasana pondok yang sangat
ia rindukan.
Berjalanlah
Somad menuju ke kamar dia dulu bernaung. Ternyata keanehan pun terjadi lagi
ketika ada banyak santri yang berkumpul di dekat selokan depan kantor pondok.
Yang dia ingat, ketika ada banu=yak santri berkumpul ditempat itu, berarti
adanya Ta’ziran besar-besaran. Namun dia cuek saja dan melanjutkan langkahnya
menuju kamar untuk menemui sahabat lamanya, yaitu Kang Arwan. Setelah sampai di
depan kamar, tidak ada satupun orang didalam. Setelah beberapa detik termenung,
terasa ada yang menyapa
“hei somad,
sampean gak ndelok kae onok guyuran”
“emoh kang
mengko malah flash back aku biyen seng ameh diguyur pengurus mergo difitnah
wong kae, hahaha” jawab Somad sembari menyalami kang Rohman sobat karibnya dulu
“lah iyo to
kang, adewe biyen nakale koyo ngunu lakok yo gapernah keno ta’ziran” guyonan
kang rohman sembari mengulurkan tangan. “lah kae wewen(nama lain dari Kang
Arwan) keno guuyuran” tambah rohman.
Alangkah
terkejutnya Somad mendengar kabar tersebut. Padahal dahulu Kang Arwan lah yang
mengajari banyak ilmu kepada somad, mulai dari ilmu menghadapi pengurus yang
galak, ilmu untuk merayu cewek agar mudah untuk merayu cewek. Dan juga ilmu
karomah yang somad gunakan untuk menghadapi Gus Bahru waktu itu. Somad sangat
tidak menyangka bahwa gurunya dulu, akhirnya juga kena batunya. Dan dia
bersyukur jika saat dia nyantri kok ya gak pernah sampai kena ta’zir yang berat,
pernah mungkin juga ta’zir yasinan karena dia sering bolos Madrasah. Somad juga
berfikir jika Kang Arwan tidak meloloskan dirinya kali ini dengan tujuan untuk
meleburkan dosa-dosanya mengakali pengurus dan Kyai. Mungkin itu dia gunakan
untuk meleburkan kesalahan-kesalahannya dulu, dan dia gunakan untuk betobat.
Malang, April 2K17

Komentar
Posting Komentar